just erwins

"Living in changing world, a need for creative minds"

Open Your Mind before Your Mouth

leave a comment »

Buka pikiran sebelum buka mulut (gambar courtesy http://modeoflife.org)

Buka pikiran sebelum buka mulut (gambar courtesy http://modeoflife.org)

Open Mind atau mau berpikir terbuka, bisa juga diartikan mau menerima masukan (sekalipun dari orang yang dianggap tidak ada apa-apanya) merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Seringkali kita membuka mulut terlebih dahulu kemudian baru berpikir, hal tersebut bisa jadi membuat kita pada posisi yang keliru. Ketidak-relaan menerima masukan (entah karena ego atau merasa lebih tahu), cenderung membuat kita membela diri melalui mulut. Pikiran tidak kita buka terlebih dahulu, apa yang ada dipikiran atau otak kita, kita anggap sesuatu yang paling benar.

Kalaupun merasa yang ada di pikiran salah, kita mencoba mencari pembenaran, kebanyakan alasan yang dipakai karena malu. Malu mengakui kalau orang yang kita ajak bicara lebih tahu, malu kalau yang menyampaikan kebenaran lebih muda, malu kalau yang memberi masukan bukan orang terkenal :). Saya pribadi sering mendapati hal seperti itu, tapi buat saya ya sudahlah, kita empati saja untuk orang seperti itu, karena orang tersebut sebenarnya sedang menutupi “kemaluan”-nya di depan kita.

Seringkali pula apa yang kita sampaikan adalah yang paling benar, sedangkan yang disampaikan teman atau kolega adalah salah. Pikiran seperti payung, akan sangat berguna saat payung tersebut terbuka:). Supaya kita dapat memiliki pemikiran terbuka, tidak sulit untuk dilakukan. Pertama kali yang harus kita lakukan adalah mau mendengar. Dengarlah segala ide, pandangan, bahkan kritikan yang diberikan kepada kita. Saat mendengarkan pendapat orang lain, jangan mencoba berargumen untuk membantah pendapat tersebut, atau jangan berpikir menyiapkan jawaban. Cobalah untuk menganalisis pendapat yang disampaikan secara obyektif, pada titik tertentu kita harus ikhlas untuk menerima pendapat tersebut karena lebih benar daripada yang kita yakini.

Pikiran seperti payung, berguna saat terbuka (gambar courtesy http://watchfulsavvy.wordpress.com)

Pikiran seperti payung, berguna saat terbuka (gambar courtesy http://watchfulsavvy.wordpress.com)

Jangan mengambil pandangan atau keputusan terlalu cepat, apalagi menolak pandangan tersebut. Buanglah “tembok pemisah” antara kita dan pandangan tersebut :). Biasanya sikap open minded bergantung dari seberapa respect kita terhadap orang yang memberikan ide tersebut. Semakin kita respect terhadap orang tersebut, akan lebih mudah bagi kita untuk menerima ide tersebut. Sebaliknya, apabila kita semakin tidak respect terhadap orang tersebut, semakin tertutuplah kita terhadap masukan yang diberikannya.

Kita tidak melihat sesuatu apa adanya.
Kita melihat sesuatu seperti apa yang ingin kita lihat
. (Anais Nin, Penulis)

Semakin bisa kita membuka diri, semakin bisa menerima masukan termasuk kritik, semakin bisa kita memperbaiki kekurangan yang dimiliki. Menyadari kekurangan diri sendiri pun membutuhkan energi yang besar, kadang kita tidak jujur kepada diri sendiri :). Jadi, bersikaplah terbuka untuk menerima masukan apa pun, ujung-ujungnya kita bisa menjadi orang yang kebih baik :).

Pemikiran terbuka untuk menggali hal baru justru akan membawa seseorang ke berbagai penemuan yang tidak sengaja, tetapi berguna. (David A. Vise, Co-Founder Google Inc.)

sebuah renungan (gambar courtesy http://watchfulsavvy.wordpress.com)

sebuah renungan (gambar courtesy http://watchfulsavvy.wordpress.com)

sebagian tulisan ini terinspirasi oleh buku Young on Top yang ditulis oleh Billy Boen :)

Written by erwinsutomo

21/07/2013 pada 12:53 pm

Ditulis dalam humaniora, Renungan

Tagged with , , ,

Tinggalkan komentar